~*~ Puasa Syawal ~*~
Puasa Syawal adalah salah satu sunnah yang sangat dianjurkan
Puasa ini dilakukan selama 6 hari di bulan Syawal, boleh
berturut-turut maupun tidak, dengan niat puasa sunnah
Syawal sebagaimana puasa sunnah (boleh niat pada siang waktu
dhuha)
Telah popular hadits tentang puasa Syawal:
“Siapa yg berpuasa penuh bulan Ramadhan lalu mengikutinya dengan 6 hari
di bulan Syawal, itu seperti berpuasa setahun”
(HR. Muslim)
Hikmah puasa Syawal antara lain,
~ Sebagai penyempurna bagi puasa Ramadhan sebelumnya
~ Menjaga jikalau ada kekurangan dalam pelaksanaannya
~ Mengingat amal-amal sunnah akan berperanan sebagai
pelengkap kesempurnaan amal-amal fardhu
Puasa Syawal juga merupakan tanda syukur atas nikmat
Ramadhan yang telah lalu, kerana bentuk syukur yang paling utama adalah dengan
ketaatan
Kemudian, salah satu ciri diterimanya kebaikan adalah
dihasilkannya kebaikan-kebaikan lanjutannya, sehingga salah satu tanda
diterimanya amal Ramadhan adalah bahwa amal Ramadhan itu menghasilkan amal
lanjutan yang dalam hal ini adalah ibadah sunnah puasa Syawal
Dan yang terpenting, menggiatkan ibadah sunnah membuktikan
kecintaan pada Rasul serta akan mendatangkan kecintaan dar Allah, yang
merupakan karunia terbesar, yang mana siapa yang Allah cintai maka juga akan
dicintai oleh manusia dan makhluq seisi dunia
Bagaimana melakukan puasa sunnah Syawal sedangkan ada
terdapat beban puasa qadha atau puasa hutang di Ramadhan, misalnya kerana
selama Ramadhan ada hari-hari dalam kondisi sakit, haid dan uzur lain yang
menyebabkan tidak berpuasa
Dijelaskan dalam situasi ini:
1. Segera melunasi hutang puasa, kemudian baru melaksanakan
puasa sunnah Syawal
Madzhab yang masyhur sepakat dengan cara seperti ini
Hal ini dapat disanggupi jika hutang puasa tidak banyak,
sehingga sempat melakukan puasa ‘bayar hutang’ lalu berpuasa 6 hari dalam
rentang bulan Syawal dan tidak memberatkan diri
Juga bagi wanita yang apabila mempertimbangkan haid pada
bulan Syawal maka masih bisa membayar utang puasa Ramadhan kemudian berpuasa 6
hari sunnah Syawal
2. Melakukan puasa enam hari Syawal, dan
menangguhkan/menunda pelunasan utang puasa Ramadhan pada bulan lain
Madzhab Hanafi membolehkan cara ini, sedangkan Madzhab
Maliki dan Syafi`i memakruhkan, sementara Madzhab Hambali melarang
Biasanya ini direncanakan bila memiliki beban puasa qadha
yang banyak dan untuk meng-qadha di bulan Syawal membuat tidak sempat berpuasa
sunnah Syawal karena bulan Syawal akan habis
Atau sebenarnya sempat, tapi akan memberatkan diri (contoh,
harus puasa berturut-turut, bahkan sebulan Syawal penuh, untuk bisa membayar
qadha puasa, lalu berpuasa sunnah)
Atau bagi wanita, haid bulanan membuatnya tidak sempat
meng-qadha puasa Ramadhan lalu berpuasa enam hari sunnah Syawal (mungkin hanya
sempat 3 hari sunnah Syawal, misalnya)
3. Menggabungkan niat, ketika berpuasa di bulan Syawal,
dalam sekali puasa satu hari itu sekaligus diniatkan untuk meng-qadha dan juga
sebagai puasa Syawal
Cara ini juga beralasan seperti poin nomor 2 diatas,
Tetapi yang seperti ini hanya diajukan oleh segelintir
pendapat yang tidak diterima luas
Karena bermasalah dalam menggabungkan niat ibadah wajib
(qadha puasa Ramadhan) dengan niat ibadah sunnah (puasa Syawal)
4. Melaksanakan qadha puasa Ramadhan, kemudian menyambung
dengan puasa sunnah selama bulan Syawal, dan apabila sampai bulan Syawal habis
baru memperoleh sebagian sunnah Syawal, lalu melanjutkan puasa sunnah Syawal di
bulan setelahnya (Dzulqa`idah)
Misalnya di bulan Syawal, setelah meng-qadha puasa Ramadhan,
kemudian hanya sempat puasa sunnah Syawal 3 hari, lalu pada bulan Dzulqa`idah
berpuasa sunnah 3 hari dengan niat ‘qadha’ puasa Syawal (supaya genap mendapat
6 hari puasa sunnah Syawal)
Pendapat ini juga bukan merupakan pendapat jumhur
(kebanyakan) ulama
Dengan demikian cara yang pertama adalah baik
Hendaknya yang wajib (qadha puasa Ramadhan) didahulukan
ketimbang yang sunnah (puasa Syawal)
Dalam pada itu, kalangan ulama Hanabilah berargumen,
berdasarkan hadits keutamaan puasa Syawal,
“Siapa yang berpuasa penuh bulan Ramadhan lalu mengikutinya dengan enam
hari di bulan Syawal, itu seperti berpuasa setahun”
Maka keutamaan “seperti berpuasa setahun” itu tidak akan
diperoleh jika puasa Ramadhan-nya tidak penuh
Bagi yang memiliki hutang puasa Ramadhan, berarti puasa
Ramadhan-nya belum penuh, sehingga “percuma” jika mendahulukan puasa sunnah
Syawal sebelum menyempurnakan hutang Ramadhan, tidak memenuhi syarat untuk
memperoleh keutamaan dalam hadits
Lalu bagaimana jika situasinya seperti yang kedua, memiliki
hutang puasa yang jika meng-qadha terlebih dahulu kemudian baru berpuasa sunnah
selama bulan Syawal tidak akan sempat, karena banyak yang harus di-qadha, atau
mengingat haid, atau uzur lainnya
Dapatkah keutamaannya jika hanya mampu berpuasa sunnah
Syawal 3 hari (misalnya) sebelum habis bulan (masuk bulan Dzulqa`idah)
Sesungguhnya Allah Maha tahu dan Maha bijaksana
Bukankah niat kebaikan itu sudah dinilai pahalanya meskipun
tidak terlaksana akibat adanya halangan?
Bukankah amal seseorang ketika ada uzur (sakit) akan
digenapkan sebagaimana halnya amal orang tersebut ketika tidak ada uzur?
Yang penting adalah kesungguhan niat dan ikhtiar
Boleh jadi, seorang wanita yang tidak mampu menyempurnakan
puasa sunnah 6 hari Syawal karena terlebih dahulu meng-qadha puasa Ramadhan,
kemudian ditengah ia melaksanakan puasa sunnah Syawal datang haid, memperoleh
keutamaan yang lebih dari seorang lelaki yang bisa berpuasa penuh di Ramadhan
juga lengkap berpuasa sunnah Syawal
Karena wanita ini memiliki ketulusan dan keikhlasan azam dan
kekuatan ikhtiar yang lebih daripada lelaki itu
Demikian pula berlaku sebaliknya
Maha suci Allah, tidak ada ilmu pada kita selain dari apa
yang Dia ajarkan Allah Azza Wazalla
***
Referensi :
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar