Selasa, 07 Mei 2013

Alasan Diharamkannya Emas Bagi Lelaki









Alasan Diharamkannya Emas Bagi Laki-Laki






Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya :
Apakah alasan diharamkannya memakai emas bagi kaum laki-laki, karena kita mengetahui bahwa agama Islam tidak mengharamkan atas seorang muslim kecuali segala sesuatu yang mengandung madharat (bahaya), jadi apakah madharat yang terkandung dalam pemakaian perhiasan emas bagi kaum laki-laki ?


Jawaban :
Perlu diketahui oleh penanya bahwa alasan hukum dalam menetapkan hukum-hukum syari´at bagi setiap orang mukmin adalah firman Allah dan sabda Rasul-Nya
Hal itu berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta´ala.

“Artinya :
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka” 
(Qs. Al-Ahzab : 36)


Siapa saja yang bertanya kepada kami tentang pewajiban atau pengharaman sesuatu, niscaya kami akan menunjukkan hukumnya berdasarkan Al-Qur´an dan As-Sunnah. 
Karena itu, berkenaan dengan pertanyaan tersebut di atas, maka dapat kami katakan,
“Alasan diharamkannya emas bagi kaum laki-laki yang mukmin adalah firman Allah Subhanahu wa Ta´ala dan sabda RasulNya Shallallahu `alaihi wa sallam, dan alasan tersebut sudah dianggap cukup bagi setiap orang mukmin.

Karena itu, ketika Aisyah Radhiyallahu `anha ditanya :
"Kenapa wanita yang haid diperintahkan mengqadha puasa dan tidak diperintahkan mengqadha shalat?"

Ia menjawab,
"Allah telah menentukan kita mengalami hal tersebut, kemudian kita diperintahkan mengqadha puasa dan kita tidak diperintahkan mengqadha shalat"

Karena nash hukum dari Kitab Allah (Al-Qur´an) dan Sunnah RasulNya menjadi alasan diwajibkannya hal tersebut bagi setiap mukmin
Tetapi tidak masalah bagi seseorang untuk mencari hikmah yang terkandung dalam hukum-hukum Allah, karena hal itu dapat menambah ketentraman bathin, menjelaskan ketinggian syari´at Islam karena ketentuan-ketentuan hukumnya sesuai dengan alasannya dan memungkinkan dilakukan qiyas (analogi)
jika alasan hukum yang dinashkan itu memiliki kepastian terhadap masalah lain yang belum memiliki ketetapan hukum

Jadi tujuan mengetahui hikmah yang terkandung dalam ketentuan hukum syari´at adalah tiga faidah tersebut.

Kemudian dapat kami katakan juga berkenan dengan pertanyaan saudara, bahwa Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam telah menegaskan tentang haramnya memakai emas bagi kaum laki-laki, tidak bagi kaum wanita

Alasannya ; karena emas itu termasuk perhiasan yang memiliki nilai tinggi dalam mempercantik dan menghiasi seseorang, sehingga dikatagorikan sebagai hiasan dan perhiasan, sedangkan seorang laki-laki bukanlah peminat hal tersebut, yakni bukan sosok manusia yang menyempurnakan diri atau disempurnakan dengan sesuatu yang di luar dirinya
Melainkan sempurna dengan sesuatu yang terdapat di dalam dirinya, karena ia mempunyai sifat kejantanan atau kelaki-lakian ; sehingga ia tidak membutuhkan perhiasan untuk menarik perhatian lawan jenisnya.


Jadi seorang suami tidak membutuhkan perhiasan untuk menarik perhatian istrinya supaya mencintainya
Berbeda sekali dengan wanita, karena ia memiliki kekurangan ; sehingga ia membutuhkan berbagai perhiasan yang bernilai tinggi, dimana perhiasan itu dibutuhkannya hingga di dalam pergaulan di antara mereka dan di depan suaminya. 
Karena itu, maka wanita diperbolehkan memakai perhiasan emas, dan tidak bagi laki-laki

Allah Subhanahu wa Ta´ala berfirman dalam mensifati keberadaan wanita.
“Artinya :
"Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran”
(Qs. Az-Zukhruf : 18)


Dengan demikian, jelaslah mengenai hikmah syara´ (agama) mengharamkan memakai perhiasan emas bagi kaum laki-laki

Berkaitan dengan hal itu, maka saya nasehatkan kepada kaum mukminin yang memakai perhiasan emas, bahwa mereka telah berbuat maskiat kepada Allah dan Rasul-Nya dan menjadikan dirinya sebagai bagian dari kaum wanita serta mereka telah meletakkan bara api neraka diatas tangannya

Kemudian memakainya sebagai perhiasan; sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam
Karena itulah, hendaklah mereka bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta´ala
Sedangkan jika mereka memakai perhiasan dari perak dengan memperhatikan batas-batas ketentuan syari´at, maka hal itu tidak menjadi masalah dan tidak berdosa. 

Demikian juga tidak berdosa dan tidak menjadi masalah memakai perhiasan dengan sejumlah barang tambang yang lainnya selain emas dimana mereka tidak berdosa memakai cincin dari barang-barang tambang tersebut, jika dilakukan tanpa MELEBIHI BATAS-BATAS KEWAJARAN DAN TIDAK MENIMBULKAN FITNAH


Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam, kepada keluarganya serta para sahabatnya seluruhnya


***
Referensi :
Posted on  by Badan Koordinasi Dakwah Islam
Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

[Syaikh Ibn Utsaimin, As´ilah Fi Bai´ Wa Syira´ Adz-Dzahab, hal. 38]
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar´iyyah Fi Al-Masa´il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-3]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar