Kamis, 06 Juni 2013

Puasa Syawal





~*~ Puasa Syawal ~*~





Puasa Syawal adalah salah satu sunnah yang sangat dianjurkan
Puasa ini dilakukan selama 6 hari di bulan Syawal, boleh berturut-turut maupun tidak, dengan niat puasa sunnah

Syawal sebagaimana puasa sunnah (boleh niat pada siang waktu dhuha)
Telah popular hadits tentang puasa Syawal:
“Siapa yg berpuasa penuh bulan Ramadhan lalu mengikutinya dengan 6 hari di bulan Syawal, itu seperti berpuasa setahun”
(HR. Muslim)


Hikmah puasa Syawal antara lain,
~ Sebagai penyempurna bagi puasa Ramadhan sebelumnya
~ Menjaga jikalau ada kekurangan dalam pelaksanaannya
~ Mengingat amal-amal sunnah akan berperanan sebagai pelengkap kesempurnaan amal-amal fardhu


Puasa Syawal juga merupakan tanda syukur atas nikmat Ramadhan yang telah lalu, kerana bentuk syukur yang paling utama adalah dengan ketaatan

Kemudian, salah satu ciri diterimanya kebaikan adalah dihasilkannya kebaikan-kebaikan lanjutannya, sehingga salah satu tanda diterimanya amal Ramadhan adalah bahwa amal Ramadhan itu menghasilkan amal lanjutan yang dalam hal ini adalah ibadah sunnah puasa Syawal

Dan yang terpenting, menggiatkan ibadah sunnah membuktikan kecintaan pada Rasul serta akan mendatangkan kecintaan dar Allah, yang merupakan karunia terbesar, yang mana siapa yang Allah cintai maka juga akan dicintai oleh manusia dan makhluq seisi dunia

Bagaimana melakukan puasa sunnah Syawal sedangkan ada terdapat beban puasa qadha atau puasa hutang di Ramadhan, misalnya kerana selama Ramadhan ada hari-hari dalam kondisi sakit, haid dan uzur lain yang menyebabkan tidak berpuasa


Dijelaskan dalam situasi ini:
1. Segera melunasi hutang puasa, kemudian baru melaksanakan puasa sunnah Syawal
Madzhab yang masyhur sepakat dengan cara seperti ini

Hal ini dapat disanggupi jika hutang puasa tidak banyak, sehingga sempat melakukan puasa ‘bayar hutang’ lalu berpuasa 6 hari dalam rentang bulan Syawal dan tidak memberatkan diri

Juga bagi wanita yang apabila mempertimbangkan haid pada bulan Syawal maka masih bisa membayar utang puasa Ramadhan kemudian berpuasa 6 hari sunnah Syawal


2. Melakukan puasa enam hari Syawal, dan menangguhkan/menunda pelunasan utang puasa Ramadhan pada bulan lain

Madzhab Hanafi membolehkan cara ini, sedangkan Madzhab Maliki dan Syafi`i memakruhkan, sementara Madzhab Hambali melarang
Biasanya ini direncanakan bila memiliki beban puasa qadha yang banyak dan untuk meng-qadha di bulan Syawal membuat tidak sempat berpuasa sunnah Syawal karena bulan Syawal akan habis

Atau sebenarnya sempat, tapi akan memberatkan diri (contoh, harus puasa berturut-turut, bahkan sebulan Syawal penuh, untuk bisa membayar qadha puasa, lalu berpuasa sunnah)

Atau bagi wanita, haid bulanan membuatnya tidak sempat meng-qadha puasa Ramadhan lalu berpuasa enam hari sunnah Syawal (mungkin hanya sempat 3 hari sunnah Syawal, misalnya)


3. Menggabungkan niat, ketika berpuasa di bulan Syawal, dalam sekali puasa satu hari itu sekaligus diniatkan untuk meng-qadha dan juga sebagai puasa Syawal

Cara ini juga beralasan seperti poin nomor 2 diatas,
Tetapi yang seperti ini hanya diajukan oleh segelintir pendapat yang tidak diterima luas
Karena bermasalah dalam menggabungkan niat ibadah wajib (qadha puasa Ramadhan) dengan niat ibadah sunnah (puasa Syawal)


4. Melaksanakan qadha puasa Ramadhan, kemudian menyambung dengan puasa sunnah selama bulan Syawal, dan apabila sampai bulan Syawal habis baru memperoleh sebagian sunnah Syawal, lalu melanjutkan puasa sunnah Syawal di bulan setelahnya (Dzulqa`idah)

Misalnya di bulan Syawal, setelah meng-qadha puasa Ramadhan, kemudian hanya sempat puasa sunnah Syawal 3 hari, lalu pada bulan Dzulqa`idah berpuasa sunnah 3 hari dengan niat ‘qadha’ puasa Syawal (supaya genap mendapat 6 hari puasa sunnah Syawal)

Pendapat ini juga bukan merupakan pendapat jumhur (kebanyakan) ulama
Dengan demikian cara yang pertama adalah baik
Hendaknya yang wajib (qadha puasa Ramadhan) didahulukan ketimbang yang sunnah (puasa Syawal)

Dalam pada itu, kalangan ulama Hanabilah berargumen, berdasarkan hadits keutamaan puasa Syawal,
“Siapa yang berpuasa penuh bulan Ramadhan lalu mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, itu seperti berpuasa setahun”

Maka keutamaan “seperti berpuasa setahun” itu tidak akan diperoleh jika puasa Ramadhan-nya tidak penuh

Bagi yang memiliki hutang puasa Ramadhan, berarti puasa Ramadhan-nya belum penuh, sehingga “percuma” jika mendahulukan puasa sunnah Syawal sebelum menyempurnakan hutang Ramadhan, tidak memenuhi syarat untuk memperoleh keutamaan dalam hadits

Lalu bagaimana jika situasinya seperti yang kedua, memiliki hutang puasa yang jika meng-qadha terlebih dahulu kemudian baru berpuasa sunnah selama bulan Syawal tidak akan sempat, karena banyak yang harus di-qadha, atau mengingat haid, atau uzur lainnya
Dapatkah keutamaannya jika hanya mampu berpuasa sunnah Syawal 3 hari (misalnya) sebelum habis bulan (masuk bulan Dzulqa`idah)

Sesungguhnya Allah Maha tahu dan Maha bijaksana
Bukankah niat kebaikan itu sudah dinilai pahalanya meskipun tidak terlaksana akibat adanya halangan?
Bukankah amal seseorang ketika ada uzur (sakit) akan digenapkan sebagaimana halnya amal orang tersebut ketika tidak ada uzur?

Yang penting adalah kesungguhan niat dan ikhtiar
Boleh jadi, seorang wanita yang tidak mampu menyempurnakan puasa sunnah 6 hari Syawal karena terlebih dahulu meng-qadha puasa Ramadhan, kemudian ditengah ia melaksanakan puasa sunnah Syawal datang haid, memperoleh keutamaan yang lebih dari seorang lelaki yang bisa berpuasa penuh di Ramadhan juga lengkap berpuasa sunnah Syawal
Karena wanita ini memiliki ketulusan dan keikhlasan azam dan kekuatan ikhtiar yang lebih daripada lelaki itu

Demikian pula berlaku sebaliknya
Maha suci Allah, tidak ada ilmu pada kita selain dari apa yang Dia ajarkan Allah Azza Wazalla



***
Referensi :
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar